Pemanfaatan Biogas Minim
Kompas – Pemanfaatan energi terbarukan berskala kecil khususnya biogas di Jawa Barat untuk menggantikan bahan bakar konvensional masih sangat terbatas. Kendala utama yang menghambat pengembangan energi terbarukan adalah pola pikir dan budaya masyarakat yang belum terlalu terbuka terhadap perubahan.
Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Ratna Ariati, Kamis (3/12) di sela-sela peluncuran Biogas Rumah (BIRU) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mengatakan, sesuai Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, pemerintah menargetkan penggunaan energi terbarukan pada tahun 2015 mencapai 15 persen dari keseluruhan konsumsi energi nasional.
Peluncuran program Biru sengaja dilakukan di Lembang yang merupakan salah satu sentra peternakan sapi. Program itu merupakan kerja sama Kedutaan Besar Belanda, Departemen ESDM, serta SNV dan Hivos, Lembaga swadaya masyarakat internasional di bidang pelestarian lingkungan dan kemanusiaan.
Menurut Ratna, pemerintah mendorong upaya pemanfaatan energi terbarukan, baik skala besar maupun skala kecil dan mikro. Sebab, selain menghemat bahan bakar, upaya ini juga menekan pengeluaran masyarakat. Namun, diakui banyak masyarakat belum terbuka terhadap perubahan perilaku yang menjadi konsekuensi penggunaan energi terbarukan. Dalam penggunaan kotoran sapi sebagai bahan bakar, misalnya, kebanyakan peternak masih malas mengisi reaktor biogas setiap hari dengan kotoran.“Masih banyak yang tidak mau repot. Inginnya bisa langsung menggunakan kompor. Hal ini butuh pendekatan yang lebih intensif. Pada hal, ancaman energi sangat nyata jika tidak ada perubahan pola perilaku mulai sekarang,� ujarnya.
Sekretaris Timnas Pelaksana Penghematan Energi dan Air Departemen ESDM Nur Hidayat memaparkan, dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, Indonesia terancam krisis energi dan air bersih terutama bagi masyarakat kota. Pemakaian energid an air di negara ini terbilang paling boros daripada negara lain di kawasan Asia Pasifik.
Saat ini cadangan energi minyak bumi yang secara ekonomis dapat ditambang tinggal 8.5 miliar barrel. Dengan produksu tahunan 380 juta barrel, usia produksi minyak di Indonesia tinggal 20 tahun. Selain itu, dengan produksi batu bara rata-rata 2 juta ton per tahun, usianya tinggal 93 tahun. Adapun cadangan energi gas gas tinggal 59 tahun.
Subsidi Rp 2 Juta
Programme Manager Indonesia Domestic Biogas dari Hivos, Robert de Groot, menjelaskan, untuk memperbanyak penggunaan energi terbarukan hingga lingkungan keluarga, pemerintah Belanda melalui kedutaannya di Indonesia memberi subsidi Rp 2 juta untuk pembangunan konstruksi biogas rumah. Hingga 2012 ditargetkan 8.000 reaktor biogas rumah tangga dibangun di Indonesia.
“Subsidi diberikan untuk menarik minat peternak membuat reaktor biogas. Dengan berinvetasi, peternak juga diharapkan memiliki kesadaran tanggung jawab merawat reaktor sehingga itu dapat digunakan dalam waktu lama,� katanya.
Teja Harjaya, Biogas Engineer CV Khasanah Bahari yang menjadi pelaksana konstruksi pembuatan biogas rumah, menuturkan, peternak yang memiliki 3-4 sapi dapat membuat reaktor biogas berkapasitas 6 meter kubik. Reaktor ini mampu menghasilkan 1,5 meter kubik gas per hari atau setara dengan penggunaan kompor selama 6 jam per hari tanpa henti. (GRE)
(Sumber: Kompas, 4 Desember 2009, halaman B)