Penduduk desa Gapura, Lombok Tengah, Tak Sabar Memasang BIRU
Pada tanggal 3 September 2010, program manager Indonesia Domestic Biogas Program (lebih dikenal dengan nama BIRU), Robert de Groot, bersama Pusat Studi Pembangunan Nusa Tenggara Barat (PSP NTB), mengunjungi desa Gapura, kecamatan Pujut, kabupaten Lombok Tengah. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat demplot digester biogas yang telah dibangun oleh program Biogas Rumah (BIRU) bekerjasama dengan PSP NTB sebagai mitra konstruksi.
Kunjungan Pak Rob, begitu beliau biasa disapa, mendapatkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat desa Gapura yang tinggal disekitar demplot tersebut. Keberhasilan digester biogas milik sebuah kelompok peternak ini telah memicu animo yang begitu besar dari masyarakat sekitar untuk membangun digester sejenis. Sampai saat ini, kurang lebih telah terdaftar 100 rumah tangga yang berminat membangun digester biogas.
Pada kesempatan tersebut, Robert de Groot berbincang-bincang ringan dengan penduduk setempat, sambil menyaksikan proses pembangunan sebuah digester biogas. Perbincangan itu menyinggung berbagai topik, dari mulai rasa takjub ibu-ibu yang hadir karena ternyata digester biogas mampu menghasilkan api dari kotoran sapi, sampai pertanyaan kenapa proses pembangunan dirasa lamban sekali. Masyarakat desa Gapura sudah tidak sabar ingin memiliki digester biogas, sementara proses pembangunan, mulai dari pendaftaran sampai dibangun dirasa sangat lama.
Menanggapi hal tersebut, Robert de Groot meminta supaya masyarakat bersabar, karena program BIRU di Lombok merupakan program yang baru berjalan. Lebih lanjut de Groot menjelaskan bahwa bagi mitra konstruksi BIRU di Lombok, PSP NTB, pembangunan digester biogas juga adalah hal yang baru, sehingga di masa-masa awal ini, program pembangunan digester tidak bisa terlalu cepat. Hal yang lebih diutamakan adalah menjaga supaya kualitas reaktor bermutu tinggi, sehingga menjamin digester yang dibangun berfungsi baik dan tahan lama.
Kredit lunak pembangunan digester biogas
Saat ini di desa Gapura sedang dibangun 6 digester baru, sementara 6 digester lain yang sudah mendapatkan nomor reaktor sedang menunggu giliran. Selain karena keterbatasan tukang, kendala lain adalah masalah dana. Banyak rumah tangga tidak mampu menyediakan dana untuk membangun digester, yang jumlahnya cukup besar untuk ukuran rumah tangga petani. Menanggapi permasalahan ini Pak Rob menyampaikan bahwa program BIRU sedang mengupayakan dukungan dari lembaga keuangan mikro dan bank yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan biogas untuk menyalurkan kredit dengan bunga ringan. Jika kelak upaya ini telah berhasil untuk wilayah Lombok, maka rumah tangga yang ingin membangun digester dapat memperoleh dana dengan sistem kredit. Para ibu yang hadir pun tersenyum senang mendengar Informasi tersebut. (mai/bpo lbk)