Ternyata ampas biogas bisa digunakan sebagai pupuk tanaman…
Senyum yang� lebar serta ramah menyambut kedatangan kami ke rumah Bapak Suwono di Dusun Sebaluh Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur. Istrinya, Ibu Ngatini juga turut menemani kami melihat-lihat reaktor biogas yang sejak 5 bulan lalu telah selesai dibangun disamping kanan rumahnya yang sederhana. Dengan lancar beliau menceritakan pengalamannya selama 5 bulan menggunakan biogas. ternyata keluarga ini tidak hanya memanfaatkan biogas saja, mereka juga telah melakukan uji coba ampas biogas sebagai pupuk.
Awalnya keluarga ini tidak tahu bahwa ampas biogas bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Ampas biogas yang menumpuk sampe meluber dari lubang penampung nya dibuang begitu saja dikebun kecil belakang rumahnya, lama kelamaan kebun kecil itu penuh dengan tumpukan ampas biogas, kemudian dibagian atasnya oleh pak wono diuruk dengan tanah dan ditanami sayur sawi, beberapa hari kemudian ternyata tanaman sawi tersebut� tampak tumbuh subur sekali. Beliau berkata “Ketika itu juga saya sadar bahwa ternyata ampas biogas bisa digunakan sebagai pupuk tanaman”.
Selanjutnya beliau mencoba pada tanaman rumput gajah di ladang bekas lahan tebangan perhutani yang terletak diperbukitan Kec. Pujon, karena medan yang sulit terpaksa beliau� membawa ampas biogas dengan cara dibungkus plastik kresek dan ember plastik. setiap pagi dan sore suami istri ini selalu melakukannya.� “Tidak sampai satu bulan ternyata sudah nampak ada hasilnya, tanaman saya terlihat lebih sehat, lebih hijau dan� lebih segar”. Tutur pak wono pada kami. Lebih lanjut beliau menjelaskan “karena saya belum terlalu yakin, saya coba lagi pada tanaman kacang panjang dihalaman samping rumah, efeknya juga sama, kacang panjang saya lebih subur, lebih hijau dan segar, tanpa banyak pikir jagung yang juga ditanam disamping kacang panjang juga saya kasih ampas biogas, rumput gajah dipagar depan rumah juga saya kasih ampas biogas. Dalam hitungan minggu semua tanaman itu terlihat lebih sehat, besar, segar dan hijau, begitu juga halnya dengan wortel”. “Khusus untuk sayur sawi awalnya terlihat bagus hijau dan subur akan tetapi kemudian daun sawi nya bolong berlubang dimakan hama karena tidak disemprot dengan pestisida. Saya baru tahu kalau ampas biogas yang cair bisa digunakan sebagai pestisida setelah sawi saya sudah bolong-bolong semua, musim tanam berikutnya saya mau coba gunakan ampas biogas cair sebagai pestisida” jelas pak Wono.
Istrinya pun (Ibu Ngatini) ternyata punya pengalaman yang tidak kalah menarik. Beliau mencoba memasukkan air kencing sapi perahnya ke dalam digester melalui inlet, “ternyata gas nya gak habis-habis, terasa sekali kalau dicampur air kencing sapi produksi gas lebih banyak jika dibandingkan dengan campuran kotoran sapi dan air saja” kata Ibu Ngatini. “sekarang kami bagi tugas, bapak yang ngisi kotoran campur air sedangkan saya kebagian ngisi air kencing sapi saja”.
Sebelumnya keluarga pak wono selalu menggunakan urea sebagai pupuk pada tanaman sayur dan jagungnya, bahkan rumput gajah pun di pupuk dengan urea juga. Rumput gajah ini selain digunakan sendiri untuk pakan sapi perahnya jika ada kelebihan selalu dijual sebagai tambahan penghasilan selain dari hasil penjualan sayur dan tanaman lainnya. Makanya ketika menggunakan ampas biogas sebagai pupuk beliau tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk membeli pupuk kimia yang harganya cenderung naik terus dan terkadang susah didapat. Dengan biaya tanam yang makin rendah serta harga jual yang tetap maka penghasilan pun meningkat.
Menurut Wandi Saksono, Supervisor Biogas Koperasi SAE Pujon “para peternak memang kurang memanfaatkan ampas biogas karena mereka kurang pengetahuan untuk itu. Hal ini yang akan kami rencanakan selanjutnya dengan memberikan pelatihan teknis pemanfaatan ampas biogas”. lebih lanjut pak wandi menambahkan bahwa “ampas biogas ini mempunyai nilai ekonomis yang jika diolah akan menjadi bahan baku untuk produk lain, paling tidak meskipun peternak hanya memakai sendiri ampas biogas untuk kebutuhan pupuk tanamannya pengaruh yang langsung terasa adalah makin rendahnya biaya tanam karena mereka tidak perlu membeli pupuk kimia yang mahal lagi”.
Sampai bulan Februari 2011 koperasi SAE Pujon menargetkan membangun 250 unit reaktor biogas, hingga 17 September 2010 telah terbangun 118 unit reaktor biogas, 71 unit lagi dalam proses pengerjaan dan 61 unit dalam daftar tunggu. “Kami berharap bahwa semua peternak anggota koperasi SAE Pujon dalam tahun-tahun mendatang ini bisa memiliki dan memanfaatkan biogas”. sekarang ini peternak mulai mencoba mengolah limbah kotoran ternak menjadi biogas dan pupuk/pestisida organik dan semoga ini bisa menjadi berkah buat para mereka”.(HBN/Mlg).