Lampu Biogas ala Darto
Rumah Darto di Pendem, Mojogedang, Karanganyar, sangat ramai malam itu. Beberapa orang tampak mondar-mandir sementara sekelompok orang terlihat berkumpul di ruang tengah yang cukup terang. Mereka penasaran melihat lampu biogas miliknya. Bersemangat, Darto sibuk bercerita tentang lampu biogas barunya. “Dengan hanya memantik api di dekat sarung lampu, lampu sudah bisa menyala!”ujarnya bangga.
“Cara pakainya juga mudah. Saya bahkan bisa mengatur gelap terangnya,” lanjut Darto.
Darto bekerja sebagai petani organik sekaligus beternak. Dia juga aktif di kelompok tani “Sumber Rejeki” Desa Pendem. Sebelum memakai biogas rumah, Darto menggunakan kayu bakar dan kadang-kadang menggunakan gas untuk memasak.
Sudah hampir setengah tahun Darto menggunakan BIRU. Dia sudah tidak memakai gas dan kayu bakar lagi. “Pekerjaan istri jadi ringan, tidak perlu berat-berat cari kayu,” terang Darto. “Bahkan karena gasnya banyak, saya jadi punya lampu dan sering mandi air hangat sekarang,” candanya.
Menurut Tarmo, tukang biogas dari mitra biru LPTP, lampu biogas ini adalah petromaks yang di modifikasi. “Petromaks disalurkan dari gas melalui pipa PVC yang diatur oleh keran,”ujarnya.
Permintaan lampu biogas yang cukup banyak menandai bahwa lampu biogas ini cukup diminati masyarakat. Saat ini sudah ada lampu khusus untuk biogas. Kelebihan lampu biogas ini adalah lebih irit gas bila dibandingkan dengan petromaks yang dimodifikasi.
Darto benar-benar memanfaatkan BIRU dengan baik. Siang hari gas dipakai untuk kompor dan malamnya untuk penerangan. “Saya sempat tidak percaya kotoran bisa jadi bahan bakar, sekarang saya sudah membuktikan sendiri,” tegasnya. BIRU mengolah limbah jadi berkah! (Mada Riani)