Lebih Memilih Biogas
Keputusan menggunakan biogas dibuat oleh Amaq Djadun tanpa rasa ragu sedikit pun. Keputusan ini diambil setelah melihat langsung salah satu reaktor milik seorang pengguna warga Desa Teniga, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara yang telah berfungsi dengan baik. Amaq Djadun meyakini biogas sebagai bahan bakar yang paling aman untuk memasak. Selain itu kotoran sapi sebagai bahan baku biogas cukup melimpah. Dia sendiri adalah petani sekaligus peternak. Sebagian besar penduduk Desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara umumnya bertani sekaligus memelihara ternak.
Saat pembangunan reaktor biogas di rumahnya mulai dilaksanakan, Amaq Djadun mengumpulkan kotoran sapi dari beberapa kandang milik tetangganya. Hal ini untuk memudahkannya nanti bila melakukan pengisian reaktor. Kelakuannya dianggap aneh oleh warga Pendua. Tetangga kiri kanan mulai bertanya-tanya mengenai kebiasaan baru Amaq Djadun. Diberikannya penjelasan kepada mereka mengenai maksud mengumpulkan kotoran sapi. “Banyak yang tidak percaya kalau kotoran sapi ini bisa menghasilkan gas dan bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak,” kata Amaq Djadun.
Tetangga Amaq Djadun sungguh penasaran dengan pembangunan reaktor biogas tersebut. Saat pembangunan reaktor, setiap hari rumahnya tidak pernah sepi. Pertanyaan mengenai biogas dijawabnya sesuai dengan informasi yang diperoleh dari supervisor mitra pembangun BIRU. Untuk melengkapi penjelasannya dia memutar film biogas yang didapatnya dari staf BIRU pada warga yang berkumpul. Pembangunan reaktor menjadi tontonan. “Rumah saya setiap hari menjadi ramai. Perhatian masyarakat cukup tinggi. Sampai-sampai saya jadi khawatir kalau-kalau nanti tidak berfungsi dengan baik. Saya deg-degan juga,” tutur Amaq Djadun.
Begitulah, tetangga Amaq Djadun terus mengikuti proses pembangunan reaktor biogas. Ketika kemudian reaktor biogas berfungsi dengan baik, dia sangat lega. Cerita tentang biogas dari kotoran sapi ini kemudian menyebar dengan cepat. Warga yang penasaran kembali meramaikan rumahnya. Rasa penasaran warga seperti terobati. Keberhasilan ini kemudian mendorong warga lain membangun reaktor biogas. Kini tidak kurang 7 warga Pendua sudah mendaftar untuk menggunakan biogas. “Faktor rasa aman mendorong warga lain untuk menggunakan biogas. Selain itu kotoran sapi sangat banyak, sehingga biogas sangat cocok dikembangkan di sini. Guna mengatasi permasalahan dana, kami menggunakan sistem arisan. Dengan sistem ini ada kepastian bagi anggota kelompok arisan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan membangun reaktor,” jelas Amaq Djadun mengakhiri cerita. (M. Ali Iksan)
*Amaq adalah bahasa Sasak untuk Bapak