4 Ribu Reaktor Biogas Dibangun di Jawa Timur
Tempo – Sebanyak 4 ribu reaktor biogas rumah atau BIRU telah dibangun di Jawa Timur sejak November 2009 hingga akhir kuartal pertama 2012. “Fungsi program Biru adalah untuk mengolah limbah ternak menjadi gas, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan peternak,” kata Koordinator Provinsi Jawa Timur Program BIRU Wasis Sasmito, saat menerima kunjungan media di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jumat, 25 Mei 2012.
Mayoritas reaktor biogas ada di Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan yang notabene merupakan sentra peternakan sapi perah dan sapi potong terbesar di Jawa Timur. “Secara nasional, ditargetkan ada 8 ribu reaktor biogas terpasang pada Desember 2012,” kata Wasis.
Hal itu sesuai dengan tenggat yang diberikan oleh Humanist Institute for Development Cooperation (HIVOS), organisasi nirlaba Belanda yang menjadi motor penggerak proyek bekerja sama dengan SNV (organisasi pembangunan Belanda) dan PT Nestle Indonesia, selaku penyandang dana utama.
Hingga April 2012, terpasang 5.100 reaktor. Jawa Timur menjadi provinsi tersukses dibanding delapan provinsi lain dalam pelaksanaan Program BIRU karena punya 75 persen reaktor biogas dari angka nasional. “Sekarang kami ngebut untuk memenuhi kekurangan reaktor biogas agar sesuai target,� kata Wasis.
Pembangunan reaktor biogas melibatkan 27 koperasi susu—75 persen dari 36 koperasi susu di Jawa Timur—sebagai mitra kerja. Sejak awal Program BIRU memang difokuskan pada pengembangan biogas di kalangan peternak sapi perah yang tergabung dalam beberapa koperasi Ada sekitar 36.500 orang peternak dengan populasi sapi perah sekitar 135 ribu ekor.
Ketersediaan sumber kredit yang mudah diakses oleh peternak sapi perah menjadi salah satu pendorong utama pelaksanaan BIRU di Jawa Timur.
“Salah satunya berkat kerjasama BIRU dengan PT Nestle Indonesia mulai Juni 2010,� kata Wasis.
Asisten Wakil Presiden Kepala Komunikasi Perusahaan (Assistant Vice Presiden Head of Corporate Communication) PT Nestle Indonesia Ita S. Mucharam menambahkan, Nestle menanggung 75 persen biaya pembangunan reaktor biogas dalam bentuk kredit tanpa bunga. Tujuannya untuk menumbuhkan perilaku disiplin dan rasa memiliki di antara para peternak. Sisa 25 persen biaya pembangunan reaktor biogas ditanggung HIVOS dalam bentuk hibah.
Reaktor biogas didesain dalam lima tipe dari ukuran 4 kubik, dengan biaya pembangunan sekitar Rp 5,5 juta per unit, hingga 12 kubik berbiaya perakitan sebesar Rp 10,5 juta.
Bantuan kredit Nestle dikemas dalam program Creating Shared Value (CSV), program jangka panjang untuk menciptakan manfaat bersama bagi masyarakat luas. Program ini juga merupakan strategi bisnis Nestle yang difokuskan pada tiga bidang penciptaan manfaat, yaitu gizi, air, dan pembangunan pedesaan. Nestle menganggarkan dana SCV sebesar Rp 30 miliar untuk tiga tahun sejak 2010. (ABDI PURMONO)