5,000 keluarga Indonesia Nikmati Gas dan Pupuk Dari Pabrik Sendiri
Jakarta, 17 Juli 2012. Masyarakat pedesaan di Indonesia kini mulai beralih pilihan bahan bakar untuk keperluan rumah tangganya ke biogas. Reaktor Biogas Rumah (BIRU) memproses bahan baku sederhana berupa kotoran ternak dan air secara anaerobic (hampa udara) menjadi bahan bakar untuk memasak dan penerangan keluarga sehari-hari. Ampas kotoran yang telah berfermentasi diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Dengan reaktor BIRU, sekitar 5.500 keluarga di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Selatan memiliki pabrik penghasil gas dan pupuk pribadi.
Program Biogas Rumah (BIRU) adalah program yang dikelola oleh Hivos, sebuah organisasi pembangunan asal Belanda dan SNV, dan bekerja sama erat dengan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. “Program BIRU ini merefleksikan usaha multi-aktor untuk bersinergi terkait pengelolaan terkait bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi,” kata Manajer Program BIRU, Robert de Groot.
Banyak orang di daerah pedesaan di Indonesia memiliki akses terbatas terhadap sumber-sumber energi yang ekonomis dan nyaman digunakan. Untuk berbagai alasan, layanan energi yang disediakan oleh pemerintah atau sektor swasta sulit diakses oleh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Kalaupun dapat diakses, masyarakat – terutama kaum miskin – dibebani oleh harga layanan yang mahal, membuat kondisi mereka bahkan semakin rentan.
Terciptanya masyarakat yang mandiri energi memang merupakan salah satu cita-cita Hivos. Groot menambahkan, “Hivos mendukung inisiatif yang memanfaatkan sumber daya alam berkelanjutan. Ampas biogas atau bio-slurry juga memberikan peluang bagi masyarakat pedesaan untuk menurunkan pengeluaran dan mendapatkan penghasilan yang lebih baik.”
Untuk beberapa keluarga, membangun reaktor biogas terbukti membawa berkah tersendiri. Seperti halnya Tatok Suparno dan Wiji Hastuti, pasangan suami istri asal Desa Pendem, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang memiliki usaha warung makan. Sejak memiliki biogas, mereka bisa menghemat pengeluaran dan. “Untuk masak semua bahan makanan untuk keperluan warung, kami pakai elpiji tabung 3-kg yang biasanya habis dalam 2 atau 3 hari. Belum lagi kadang-kadang elpiji sudah didapat, jadi harus pergi jauh untuk membelinya,” kata Tatok yang merupakan sebagai pengguna BIRU ke 5000.
Program BIRU dimulai pada Mei 2009 dan menargetkan pembangunan 8.000 unit biogas rumah di delapan provinsi di Indonesia hingga akhir tahun 2012. Hingga tanggal 15 Juli 2012, jumlah pembangunan reaktor BIRU mencapai lebih dari 5,600 unit. program BIRU sudah bermitra dengan 35 organisasi mitra pembangunan, melatih 550 tukang biogas dan 100 pengawas tukang.