Pakai Biogas, Bisnis Rumahan Lancar
Di Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali cukup banyak para ibu yang kreatif membantu keuangan keluarga dengan melakoni usaha-usaha skala rumah tangga. Demikian juga para ibu yang merupakan para pengguna BIRU.
Salah satunya adalah Ibu Luh Ketut Eniati, 36 tahun. Ibu ini bertempat tinggal di Banjar Rendang Tengah, masih dalam wilayah Kecamatan Rendang. Bermula dari usulan suaminya, Bapak Wayan Partha (42 tahun) yang cukup ngotot untuk memiliki reaktor biogas untuk keluarga ini, akhirnya Ibu Eniati malah memanfaatkan biogas tersebut untuk membuat usaha kecil keluarga.
Awal ceritanya adalah ketika Ibu Eniati merasa investasi untuk membuat 1 unit reaktor BIRU ukuran 6m3 tidaklah terbilang murah, akhirnya Ibu dari 2 putra (14 tahun) dan putri (8 tahun) ini berpikir untuk mencari cara agar investasi tersebut juga menjadi investasi yang produktif. Yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan. Walaupun Ibu Eniati sudah bekerja sebagai staff restaurant di salah satu jasa arung jeram yang tak jauh dari rumahnya. Disamping itu ternyata reaktor biogas milik keluarga ini menghasilkan gas yang lebih dari kebutuhan sehari-hari keluarga ini. Maka jadilah Ibu Eniati mencoba memproduksi kue-kue rumahan seperti donat, apam, dan kue tradisional bali lainnya untuk dipasarkan ke para peminat disekitar mereka.
Sebenarnya beberapa tahun lalu, Ibu Eniati sudah pernah melakoni usaha rumah tangga sejenis ini, namun karena bahan bakar dan waktu yang dimiliki saat itu masih terbatas, sehingga Ibu Eniati harus merelakan usaha tersebut untuk dihentikan.
Namun sejak memiliki bahan bakar gratis, yaitu biogas produksi reaktor BIRU milik mereka, kendala yang dulu pernah dijumpai pun kini sudah teratasi. Kendala bahan bakar sudah teratasi dengan biogas. Kendala keterbatasan waktu juga sudah teratasi karena saat ini Ibu Eniati hanya bekerja di jasa arung jeram tersebut dari pukul 9 hingga 11 pagi saja.
Malah sekarang Ibu Eniati sering menolak permintaan para pemesanan kue-kue buatannnya. Dengan alasan hanya sebagai usaha sambilan, yang tidak boleh mengganggu pekerjaan utamanya dan waktunya untuk anak-anak dan keluarga, akhirnya Ibu Eniati hanya memproduksi kue-kue itu secukupnya dan dititipkan di warung kue milik iparnya yang berlokasi di Klungkung. Selain menitipkan kue-kue di warung iparnya itu, Ibu Eniati sangat jarang mau menerima pesanan khusus.
Setiap pagi, Pak Partha, sambil menuju tempat kerjanya di kantor PDAM Kab. Klungkung, selalu menyempatkan diri untuk mengantarkan kue-kue buatan istrinya untuk dijual di warung milik kakak kandungnya di Klungkung.
Kalau dulu, keluarga ini bisa menghabiskan 1 tabung LPG ukuran 3kg dalam seminggu saja. Namun sekarang sejak memiliki reaktor BIRU, untuk LPG ukuran tersebut bisa mereka gunakan dalam waktu 2 bulan. Karena LPG tersebut hanya sebagai cadangan saja, dan juga lebih seringnya digunakan untuk bahan bakar pemanas air di kamar mandi mereka. Bukan untuk kebutuhan memasak sehari-harinya.
Pak Partha sangat ingin memiliki BIRU karena sudah melihat sendiri salah satu teman kantornya sudah mendapatkan manfaat berlimpah dari reaktor BIRU yang dimilikinya. Disamping itu, Pak Partha juga sudah paham tentang biogas jauh sebelum kenal BIRU. Baginya, teknologi biogas adalah yang paling tepat untuk mengatasi limbah ternak dan juga krisis bahan bakar seperti saat ini.
Karena membangkitkan kembali usaha kue rumahannya, karena memiliki gas gratis dari BIRU, akhirnya keluarga ini malah mendapatkan penghasilan tambahan disamping dari pekerjaan utama masing-masing. Disamping itu, biaya rumah tangga mereka pun menjadi berkurang jauh dari sebelumnya. Yang dulunya dalam 2 bulan keluarga ini menghabiskan biaya LPG sekitar Rp.120.000, sekarang hanya butuh sekitar 15 ribu saja dalam 2 bulan. Penghematan setara dengan 105 ribu rupiah sudah didapat.
Dan dari usaha kue rumahan tersebut keluarga ini mendapatkan penghasilan tambahan bersih sekitar Rp.300 ribu lagi. Selain kue, Ibu Eniati juga memproduksi kripik dari keladi.
Per 3 hari, Pak Partha akan mendapatkan hasil titip kue dari kakaknya sekitar 400 hingga 500 ribu.
Saking inginnya memiliki biogas, Pak Partha meminta persetujuan istrinya untuk mengajukan kredit ke LPD terdekat. Akhirnya keluarga ini sepakat mengambil bantuan kredit senilai 5 juta yang harus dicicil selama maksimal 10 tahun. Namun ternyata karena mereka sekarang sudah mendapatkan penghasilan tambahan dan juga telah menghemat biaya rumah tangga, akhirnya kredit tersebut sudah lunas dalam waktu 3 bulan (end/ming)