Biogas Rumah: Ketahanan Energi dan Pangan Bagi Bali
Metrobali.com – Adalah Wayan Sudarmi, 37 tahun, seorang Ibu Rumah Tangga yang juga melakoni usaha rumahan berupa pembuatan kripik tradisional berbahan dasar beras. Ibu dua anak ini bermukim di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.
Ibu Wayan, demikian Ia sering dipanggil, tidak merasakan kendala yang berarti walaupun sudah santer isu bahwa harga BBM termasuk LPG dipastikan akan merangkak dalam waktu dekat ini.
Bagi Ibu Wayan yang hanya bersuamikan karyawan di salah satu perusahaan arung jeram ini, sudah pasti seharusnya kabar naiknya harga LPG adalah hal yang cukup membuat mereka harus menata ulang pengelolaan keuangan rumah tangganya. Namun ternyata, keluarga ini tenang-tenang saja.
Sudah bisa dipastikan salah satu alasannya adalah karena keluarga ini sudah tidak perlu tergantung pada LPG lagi. Sejak memiliki reaktor Biogas Rumah (BIRU) di belakang dapur mereka, dekat kandang babi peliharaan keluarga, mereka telah berhasil mencapai penghematan biaya bahan bakar rumah tangga hingga setara dengan 2 tabung LGP ukuran 12 kg tiap bulannya. Itu untuk kebutuhan rumah tangga dan bisnis kripik mereka.
Demikian pula untuk usaha kripik Ibu Wayan. Karena sudah menghemat bahan bakar, usaha inipun mengalami peningkatan keuntungan hingga 50% dari keuntungan normal yang mereka dapatkan selama ini.
“Dulunya, kami membutuhkan LPG ukuran 12 kg antara 6 hingga 7 tabung. Namun sekarang, mereka cukup hanya membeli 3 hingga 4 tabung saja setiap bulannya, ” ujar Ibu Wayan tentang penghematan yang sudah mereka dapatkan sejak memiliki BIRU.
Selain tidak lagi tergantung dengan naik turunnya harga LPG di pasaran, keluarga ini pun sudah dapat menikmati kembali segarnya udara sekitar karena aroma kotoran babi yang selama ini mengurangi kesegaran udara tersebut telah berangsur menghilang seiring
diolahnya kotoran tersebut ke dalam reaktor BIRU untuk dijadikan biogas.
“Biogas BIRU tidak hanya berguna untuk bahan bakar memasak, namun juga dapat berfungsi sebagai bahan bakar lampu penerangan yang mirip petromak. Penghematan biaya listrik pun akhirnya di dapat pula,” Wayan Sudana, 37 tahun, suami dari Ibu Wayan Sudarmi menambahkan.
“Disamping itu, ampas biogas ini juga sudah merupakan pupuk organik yang berkualitas tinggi, ” tambah Pak Wayan lagi.
Dengan demikian, keluarga ini telah bisa menekan biaya rumah tangga dan juga meningkatkan kualitas hidup keluarga. Sehingga tanpa disadari BIRU telah membantu keluarga ini untuk menuju ketahanan energi dan ketahanan pangan secara mandiri.
Biogas Rumah
Hingga akhir Mei 2013, sudah lebih dari 430 rumah tangga di Bali telah memanfaatkan biogas dan pupuk organik hasil olahan limbah ternak mereka melalui Program BIRU, Biogas Rumah. Rumah tangga pemanfaat program BIRU tersebut tersebar di sekitar 39
kecamatan di 9 kabupaten/kota di Bali ini.
Program BIRU dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi. Program ini adalah program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Belanda. Dimulai pada Mei 2009, program BIRU dirintis oleh Hivos, sebuah lembaga kemanusiaan untuk kerjasama pembangunan
yang berbasis di Belanda, bermitra dengan Kementerian ESDM Republik Indonesa melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE).
Melalui program BIRU, para peternak yang berminat akan memberikan subsidi senilai 2 juta rupiah per reaktor yang berupa peralatan dan pendampingan (after sales service), bukan berupa uang tunai. Pelatihan perawatan reaktor BIRU dan pengolahan ampas menjadi pupuk organik juga akan diberikan oleh Program BIRU ini.
BIRU dalam pelaksanaan programnya bermitra dengan sejumlah organisasi lokal seperti LSM, koperasi, maupun pihak swasta lainnya yang berperan sebagai mitra pembangun. Di Bali, program ini menggandeng 7 mitra pembangun yaitu Yayasan BOA, Yayasan Manikaya Kauci, Yayasa IDEP, Koperasi MUK dan Kelompok Tukang yang berbasis di Klungkung, bernama Masons Group Abadi dan Dewata, serta Yayasan Padma Bhakti Pertiwi.
BIRU juga sedang menjajagi kemitraan dengan lembaga keuangan mikro untuk penyediaan kredit berbunga rendah bagi masyarakat calon pengguna BIRU yang memiliki keterbatasan dalam berswadaya.
Program ini menargetkan untuk membangun 10.000 unit reaktor hingga akhir tahun 2013 di beberapa provinsi potensi di Indonesia. Hingga kini, BIRU telah terbangun 9.030 unit yang tersebar di 8 Provinsi Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Pertemuan Koordinasi se-Provinsi Bali Untuk menyelaraskan Program BIRU dengan para pihak terkait baik swasta maupun pemerintah, Yayasan Rumah Energi secara rutin melakukan Pertemuan Koordinasi tengah tahunan.
Pada 4 Juli 2013 ini, BIRU kembali mengadakan Pertemuan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholder Meeting) tersebut. Pertemuan akan diadakan di Ruang Cipta Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, di Denpasar.
Pertemuan ini bermaksud untuk menyampaikan capaian program BIRU selama ini dan juga mendapatkan masukan dari para pihak terkait, guna meningkatkan manfaat Program BIRU bagi masyarakat Bali secara berkelanjutan. RED-MB
Sumber: Metrobali.com