Sejuta Manfaat Bio-slurry
H. A. Haris Nai di depan tanaman padinya yang diberi pupuk bio-slurry
Ikan nila bakar yang disajikan dengan nasi hangat dan sambal di rumah H. A. Haris Nai (45) siang itu sangat spesial. Bagi mereka yang tidak suka mengonsumsi ikan air tawar karena tidak tahan dengan bau dan rasa lumpur yang kadang tertinggal di dagingnya, kini bisa bernafas lega. Haris punya solusinya.
Haris mencampurkan bio-slurry pada pakan ikan yang ia pelihara di kolam yang ada di belakang rumahnya di Takalar, sebuah kabupaten di ujung barat kaki Sulawesi. Tepatnya di Dusun Terang-terang, Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Haris melakukan uji coba pemanfaatan bio-slurry untuk ikan gabus dan nila. Hasilnya?
“Ikannya tidak berbau, daging lembek dan pertumbuhan cepat sekali,” kata Haris sambil tersenyum senang. Selain untuk pakan ikan, Haris juga memanfaatkan bio-slurry sebagai pupuk. Bukan hanya untuk keperluan pribadi di sawahnya, ia dan kawan-kawannya di UD Bontomarannu mulai merintis usaha pupuk dari bio-slurry. Sebagai usaha dagang yang sudah berdiri sejak 1995 dan giat berjejaring dengan pemerintah, bukan hal yang sulit bagi UD Bontomarannu untuk menawarkan kerja sama dengan pemerintah. Buktinya ada 2013 lalu, UD ini dipercaya dalam pengadaan pupuk sebesar 150 ton dari Dinas Pertanian Kabupaten Takalar. Efeknya dirasakan kemudian,
“Setelah itu petani mencari dan membeli 500 kilo,” kata Haris. Itu baru pupuk padatnya, bagaimana dengan pupuk cairnya? Pesanan 500 liter pupuk cair sudah dikirim ke Dinas yang sama. Juga 500 liter permintaan dari Soppeng, kabupaten yang berjarak 250 kilometer dari Makassar.
Meskipun demikian, karena sadar akan persaingan dengan produk pupuk lain yang ada di pasaran, Haris dan UD Bontomarannu membuat strategi promosi dengan membagi-bagikan pupuk bio-slurry secara gratis kepada petani. Segera setelah para petani ini merasakan kelebihan pupuk tersebut, UD yang menjadi CPO BIRU sejak 2012 ini baru akan bergerak menyeriusi bisnis tersebut.
UD Bontomarannu sendiri pertama kali bersinggungan dengan BIRU pada 2011 saat diminta oleh CPO lain saat itu untuk menjadi promotor dan supervisor di wilayah Takalar dan Gowa. Kini, mereka sudah membangun 70-an unit reaktor di Takalar, Gowa, Maros dan Bantaeng, termasuk 10 anggotanya yang membangun reaktor hasil kerja sama dengan pemerintah. Selain dalam pembangunan reaktor, UD Bontomarannu juga memproduksi beberapa apliansi biogas seperti pipa gas utama, manometer, water drain dan mixer.
“Kekalahan kita adalah, produk lainnya masih memberikan campuran bahan kimia sehingga hasilnya biasanya langsung terlihat. Berbeda dengan produk kita yang hasilnya harus ditunggu agak lama,” jelas Haris ketika ditanya apa tantangan terbesar dari promosi produk pupuknya. Padahal hasil panen dari tanaman yang diberi pupuk bio-slurry sangat mencengangkan seperti yang sudah Haris buktikan pada tanaman padi.
Untuk panen kedua, Haris mendapatkan peningkatan hasil panen lebih dari 100%. Biasanya ia hanya mendapatkan 40-50 karung beras, tetapi pada panen kali ini sawahnya mampu memberikan lebih dari 100 karung beras. Berat per karungnya pun bertambah dari yang sebelumnya 45 kilo per karung, sekarang 55 kilo per karung. Peningkatan ini kemungkinan diakibatkan oleh tidak adanya lagi serangan tikus dan hama penggerek batang. Selama 20 tahun, dalam satu tahun Haris hanya berani menanam dua kali karena adanya serangan tikus. Setelah tiga tahun menggunakan bio-slurry, ia kini memberanikan diri menanam untuk ketiga kalinya dalam tahun ini.
“Di tanam kedua, kami lihat memang ada yang dimakan tikus, tapi dalam satu rumpun itu yang dia makan sedikit sekali paling hanya 1-2 batang,” kata Haris. Bahkan pada tanam ketiga kalinya ini tidak ada satupun tanaman padinya yang dimakan tikus, meskipun lubang-lubang tikus ia temukan di pematang. Ia mencoba bandingkan dengan padi lain yang tidak memakai bio-slurry, satu rumpun habis sampai berapa meter di sekitarnya. Demikian juga dengan tanaman jagung yang ditanam tak jauh dari sawahnya.
Haris pun kembali melakukan uji coba. Kali ini ia semprotkan pestisida yang ia racik dari bio-slurry pada pohon mangga. Kini hanya satu dua semut rangrang saja yang terlihat di pohon mangganya. Gas gratis serta pupuk, pakan ikan, pestisida dan pembenah lahan berkualitas. Masih ada yang meragukan biogas dan bio-slurry?