Elpiji Bergejolak, Peternak Lalung Manfaatkan Biogas
KR JOGJA, KARANGANYAR – Pemanfaatan limbah kotoran sapi terbukti mampu membebaskan peternak dari ketergantungan elpiji. Kelompok Tani Ternak (KTT) Andini Lestasri Lalung menyalurkan biogas ke rumah tangga penduduk secara gratis dan mudah.
“Dua tahun terakhir ini memanfaatkan biogas dari kandang sapi. Keperluan memasak bergantung dari situ, sedangkan pembelian elpiji melon hanya untuk berjaga-jaga saja,� ujar Widayat, pengguna biogas sekaligus anggota KTT Andidi Lestari, Kelurahan Lalung, Karanganyar kepada KRjogja.com, Jumat (23/01/2015).
Biogas dari tangki penampungan kotoran sapi disalurkan melalui pipa paralon sepanjang 100 meter ke dapur rumahnya. Takaran penggunaan gas tergantung banyaknya kotoran yang diproses di tangki tersebut.
Dua tangki yang tertanam di area kandang mampu menyuplai kebutuhan memasak tiga keluarga yang berlokasi paling dekat dengan kandang. Dikatakan Widayat, kalor yang dihasilkan biogas tak ubahnya elpiji yang sering dimanfaatkan pengguna barang bersubsidi itu.
Hanya saja biogas dari pengolahan kotoran sapi beraroma lebih tajam. Meski pemanfaatan biogas gratis, namun penggunanya bertanggungjawab mengolah limbah kandang sapi hingga siap dijadikan bahan baku pembuatan biogas.
“Pagi-pagi sekali, tlethong (kotoran sapi) dihancurkan sampai lembut. Baru kemudian dimasukkan ke tangki penampungan. Sore harinya sudah dihasilkan biogas yang siap dipakai memasak,� katanya.
Tanggungjawab mempersiapkan bahan baku biogas dipikul para pengguna energi terbarukan ini secara bergantian. Termasuk mengalirkan biogas ke kompor.
“Kalau semua mengalirkan biogas sama-sama di kompornya, maka nyala api akan mengecil. Jadi harus bergantian. Keluarga lain juga bisa ikut memanfaatkan biogas asalkan mau ngudak lethong (mengolah bahan baku),� jelasnya.
Ketua KTT Andini Lestari, Joko Kiswanto mengatakan, penyaluran biogas ke rumah tangga penduduk merupakan bentuk kontribusi ke warga yang berlokasi paling dekat dari kandang. Awalnya, distribusi biogas dipersiapkan bagi sembilan keluarga.
“Pada tahun 2009 lalu dibantu pemerintah pusat sebanyak 52 ekor sapi. Kini jumlahnya bertambah menjadi 100 ekor lebih. Masyarakat sekitar juga ikut menikmatinya dalam bentuk penggunaan biogas,� jelasnya.
Joko menambahkan, kapasitas tangki yang terbatas menyulitkannya menambah suplai biogas ke rumah tangga. Selain itu dibutuhkan perangkat standar penyaluran gas dari sekadar pipa paralon yang rawan bocor.