Modal Pakan Dihemat, Untung Didapat
Amaq Rehan (68) tinggal di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, di sebelah selatan Kota Mataram. Aktivitas kesehariannya diisi dengan bertani dan memelihara ikan. Kolam ikannya terletak di tengah areal persawahan.
Jalan setapak menuju kolam ikan miliknya terasa teduh, banyak pohon rindang tumbuh di sepanjang jalan itu. Tampak hamparan hijau sawah yang subur di belakang pepohonan. Terlihat juga rumah-rumah warga di sepanjang jalan setapak itu, beberapa diantaranya memiliki kandang sapi yang menyatu dengan halaman rumah. Aroma menyengat dari kotoran sapi yang menumpuk membuat langkah kami agak bergegas untuk segera sampai ke lokasi.
Tujuan kunjungan kami kali ini adalah memantau budi daya lemna atau sering juga disebut duckweed yang dikembangkan oleh Amaq Rehan. Saat kami tiba di pinggir kolam, kami mengamatinya dengan perasaan kecewa. Harapan untuk melihat perkembangan pertumbuhan lemna di kolam itu sirna. Tidak ada hamparan hijau lemna.
Akhirnya, kami memutuskan untuk kembali.Tetapi, baru saja beberapa langkah kami bermaksud meninggalkan tempat itu, dari kejauhan terdengar suara memanggil kami. Tampak seorang laki-laki separuh baya berjalan dari sawah menghampiri kami sambil tersenyum tulus dan ramah, kemudian mengucapkan salam dan berkata, “Saya memindahkan lemna ke kolam lain. Kalau dipelihara di kolam ini, selalu habis dimakan ikan. Walaupun sudah dipasangi jaring, ikan-ikan itu bisa melewatinya. Dan dalam waktu semalam saja, semua lemna itu habis.” Sepertinya ia sudah mengetahui maksud kedatangan kami.
Lalu ia mengantarkan kami ke sebuah kolam lain kira-kira seluas 1.5 x 2.5 meter, terlihat di permukaan kolam itu lemna tumbuh dengan subur.
“Saya punya kolam kecil satu lagi untuk memelihara lemna di rumah. Setiap berangkat ke kolam, saya selalu menyiapkan pakan ikan dari campuran lemna dan dedak,” Aman Rehan melanjutkan ceritanya.
Sudah dalam satu bulan terakhir Amaq Rehan menggunakan lemna sebagai pakan ikan. Awalnya ia diberitahu tentang manfaat tumbuhan tersebut oleh sang menantu, yang sempat mengikuti pertemuan desa tentang sosialisasi lemna.
“Awalnya saya hanya coba-coba. Ternyata ikan sangat menyukainya, dan saya lihat pertumbuhan ikan menjadi bagus. Tidak berbeda dibandingkan saat diberi pakan ikan dari toko”, katanya seraya memperllihatkan raut wajah gembira.
Menurut Amaq Rehan, biaya yang dikeluarkan untuk memelihara ikan termasuk pembelian bibit dan pakan ikan berkisarRp. 1.000.000,- sampai panen.
“Setelah menggunakan lemna ini biaya lebih kecil, karena tidak membeli pakan ikan dari toko”, ungkapnya.
Amaq Rehan menggunakan campuran dedak dan lemna untuk pakan ikannya, dengan perbandingan campuran yaitu, satu banding setengah, satu untuk dedak dan setengah untuk lemna. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari.
“Insyaallah, untungnya lebih besar. Hanya modal tenaga saja dan biaya untuk beli dedak”, kata Amaq Rehan di akhir cerita.