TERANG Di Bile Kembar
pengetahuanhijau.com - Setelah mengikuti Sosialisasi Program Gading Senggigi, sore itu (26 September 2016) kami mendapat informasi mengenai kegiatan User Training and Bioslurry Training yang dilaksanakan oleh Konsorsium Hivos-Yayasan Rumah Energi (YRE) melalui Program TERANG. Tentu saja kami tidak akan melawatkan kesempatan tersebut. Maka dengan segera bergegas meninggalkan kegiatan di daerah Senggigi tersebut menuju sebuah Dusun di Kaki Rinjani. Bile Kembar namanya, salah satu dusun yang terletak di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Untuk mencapai dusun tersebut  menempuh perjalanan lebih dari seratus kilometer dari Senggigi. Perkiraan awal, kami akan tiba dalam waktu dua jam di dusun tersebut, sehingga masih bisa mengikuti kegiatan yang diperuntukkan bagi pengguna baru biogas. Namun di luar dugaan, hujan deras mengguyur Kota Mataram hingga memasuki Kabupaten Lombok Timur. Hampir seluruh pengendara berjalan melambat karena jarak pandang yang kurang dari dua meter.
Beruntung, memasuki wilayah Kecamatan Suela hujan mulai reda. Titik-titik air masih melekat di daun tapi beberapa anak sudah mulai menikmati air sisa-sisa hujan di selokan yang mengalir deras dengan bermain balap perahu dari daun talas yang mereka buat sendiri. Sepertinya sangat menyenangkan, bersorak sorai sambil berlari mengikuti perahu talas sampai ke finis. Keceriaan anak-anak serta hijaunya pemandangan sepanjang perjalanan mampu menghilangkan lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang. Memang, Desa Suela  yang berada pada ketinggian 520 diatas permukaan laut termasuk desa yang cukup subur. Keberadaan hutan lindung Lemor menjadi jantung kehidupan masyarakat sekitar. Betapa tidak, di kawasan hutan lindung tersebut terdapat lima mata air yang mengaliri sawah serta menjadi sumber air munim bagi penduduk Desa Suela dan desa sekitarnya. Selain itu, di hutan lindung inilah penduduk memperoleh kayu sebagai bahan bakar untuk memasak setiap harinya. Jika dibiarkan terus menerus tentu ini akan berdampak buruk bagi kelestarian hutan lindung yang ujungnya akan mengancam ketersediaan debit air di lima mata iar yang ada di sekitar hutan.
Dengan pertimbangan tersebut, pemerintah Lombok Timur melalui Dinas Pertambangan dan Energi terus menggalakkan penggunaan biogas dari kotoran Hewan (KOHE) ternak sapi yang juga banyak dipelihara oleh masyarakat setempat. Bak gayung bersambut, program yang sama juga terus didorong oleh Hivos-YRE melalui program TERANG yang didanai oleh  Millenium Challenge Account Indonesia (MCA-Indonesia) pada proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity/GP). Sehingga Pemerintah Lombok Timur yang bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan agar  hutan lindung tetap lestari mendapatkan dukungan dari Program TERANG yang memiliki tujuan yang sama. Dinas Pertambangan dan Energi membantu pembiayaan pembangunan digester sedangkan Hivos-YRE melakukan pendampingan.
Pendampingan yang diberikan berupa pelatihan cara menggunakan, mengoperasikan serta merawat digester/reaktor. Penggunaan biogas selain untuk memasak biogas juga memiliki manfaat yang besar diantaranya adalah penerangan, ampas biogas untuk pupuk organik dan pakan ternak, lingkungan lebih bersih, hemat biaya karena tidak perlu membeli minyak tanah dan kayu bakar, hemat waktu tidak perlu mencari kayu bakar, tidak perlu khawatir bila ada kenaikan harga bahan bakar, aman (tidak meledak) dan mudah cara penggunaan, kesehatan terjamin (tidak terkena ISPA bila menggunakan kayu bakar), serta mengurangi pencemaran udara akibat CO2. Dengan menggunakan satu kubik biogas kita telah menghemat penggunan minyak tanah sebanyak 0,62 liter, bensin sebanyak  0,80 liter, LPG sebanyak 0,46 kg dan kayu bakar sebanyak 3,5 kg.
Setelah hampir tiga jam diperjalanan kami pun tiba lokasi pelatihan, meski terlambat namun masih dapat menemukan antusiasme peserta bertanya pada supervisor dan tukang dari Mitra Hivos-YRE yang menjadi fasilitator hari itu. Berbagai pertanyaan mengenai cara perawatan digester serta pengoperasian nit biogas ditanyakan oleh peserta. Diamana peserta merupakan pengguna baru biogas. Reaktor yang baru dibangun di Bile Kembar sejumlah 50 unit terhitung sejak Bulan Mei hingga Juli 2016. Jumlah ini kemungkinan akan terus meningkat jika dilihat dari nilai ekonomi atas konversi biogas terhadap energi lainnya.
Selain itu, besarnya manfaat yang dirasakan oleh pengguna tidak hanya dari sisi energi tetapi juga manfaat bioslurry atau ampas biogas yang memiliki banyak manfaat. Pertama, sebagai pupuk dan aktivator. Dimana bioslurry bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, pupuk hayati, bio aktivator serta pengatur pertumbuhan. Kedua, sebagai Pestisida. Bioslurry bisa dimanfaatkan sebagai bio-Fungisida,Bio-Insektisida dan pelindung benih. Ketiga, Bahan Pakan. Bioslurry sejauh ini bisa olah bersama sumber pakan lokal lainnya menjadi pakan ternak baik ayam, ikan, bebek, kelinci, dan cacing tanah. Dan Keempat, bioslurry bisa dimanfaatkan sebagai media budidaya tanaman tanpa tanah serta media budidaya jamur.
Program TERANG yang diterapkan di  Bile Kembar  ini diharapkan akan menjadi tempat belajar bagi dusun-dusun lainnya bagaimana mnegolah limbah ternak menjadi hal yang kaya manfaat untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Dengan perlahan dari program ini diharapkan akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
(Sumber: http://pengetahuanhijau.com/berita/terang-di-bile-kembar)