Biogas untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Gas rumah kaca merupakan salah satu sumber utama penyebab pemanasan global yang dapat berakibat pada perubahan iklim. Dunia saat ini sedang melakukan berbagai upaya yang dapat dilakukan mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak yang diakibatkan terhadap lingkungan. Salah satu upaya tersebut adalah melalui mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism), yaitu mekanisme pembangunan di negara-negara berkembang yang berbasis pembangunan ramah lingkungan. Salah satu jenis proyek yang termasuk dalam mekanisme pembangunan bersih ini adalah penggunaan biogas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Apa saja manfaat dari penggunaan biogas yang dapat diperoleh untuk mengurangi gas rumah kaca? Setiap unit biogas yang dibangun dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca melalui berbagai cara. Pertama, setiap unit biogas dapat membantu pengurangan emisi CO2 akibat penggunaan kayu bakar. Penggunaan kayu bakar untuk memasak akan menghasilkan gas CO2 yang dapat merusak lingkungan dan menghasilkan asap akibat pembakaran yang tidak sempurna yang dapat mempengaruhi kesehatan paru-paru. Selain itu, karena penggunaan biogas dapat menggantikan penggunaan kayu bakar, maka hal ini dapat melindungi hutan dari penggundulan (deforestasi) sehingga kelestarian hutan dapat terjaga.
Selain mengurangi emisi gas rumah kaca dari kayu bakar, biogas juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca akibat pemakaian gas LPG. Melalui penggunaan biogas ini, emisi gas CO2 yang dapat dikurangi akibat pemakaian gas LPG adalah sebesar 465,5 kg CO2 per tahunnya. Angka ini diperoleh melalui metode penghitungan reduksi emisi yang telah disepakati dalam mekanisme pembangunan bersih seperti tertuang dalam United Nations Frameworks Convention on Climate Change (UNFCCC).
Terakhir, penggunaan biogas dapat mencegah emisi gas metana (CH4) dari industri peternakan. Industri peternakan tanpa disadari merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca yang sangat besar. Dilaporkan pada tahun 2006 dan 2008 bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa industri peternakan menyumbang 18% terhadap emisi gas rumah kaca, mengalahkan emisi dari moda transportasi yang hanya menyumbang sebesar 13,5%. Gas rumah kaca yang disumbangkan dari industri peternakan ini adalah berupa gas karbondioksida (CO2), gas metana (CH4), serta gas nitrat oksida (N2O). Gas metana ini merupakan gas yang diproduksi secara alamiah dari proses fermentasi anaerobik kotoran hewan ternak. Sehingga kotoran hewan ini perlu dimasukkan ke dalam digester biogas agar gas metana yang dihasilkan dapat terkumpul dan dibakar. (Jihan A. As-sya’bani)