Peluang Wirausaha dari Keunggulan Bio-slurry
Para pengguna Biogas Rumah (BIRU) tidak semata-mata hanya mendapatkan keuntungan gas untuk memasak dan penerangan, dan memperoleh pupuk organik dari bio-slurry (ampas biogas). Para pengguna BIRU secara lebih jauh dapat mengambil peluang kewirausahaan terutama dari keberadaan bio-slurry untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Pemanfaatan bio-slurry terutama digunakan untuk berbagai keperluan berkaitan dengan bidang pertanian dan peternakan, seperti misalnya sebagai pupuk dan aktivator (pupuk organik, pupuk hayati, bio-aktivator, dan pengatur pertumbuhan), pestisida (bio-fungisida, bio-insektisida, dan pelindung benih), bahan pakan (ayam, bebek, ikan, kelinci, cacing tanah, dan belut), serta media budidaya (hidroponik dan budidaya jamur). Berbagai macam manfaat bio-slurry ini merupakan potensi yang sangat besar untuk mengembangkan usaha yang produktif, terutama untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumah tangga.
Mama Linda Bili adalah salah satu pengguna BIRU sejak tahun 2015 dari Desa Radamata, Kelurahan Matawai, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, yang telah mendapatkan keuntungan dari aplikasi biogas. Awalnya ia hanya menggunakan biogas sebagai sumber bahan bakar. Setelah mengikuti pelatihan mengenai pengolahan bio-slurry dan pelatihan bisnis berbasis bio-slurry, ia mulai melakukan fermentasi dan menjual kepada kerabat terdekatnya. Selain itu, ia juga menjual bio-slurry sebagai pupuk organik tersebut kepada para petani di sekitar Kota Waingapu.
Sebagai anggota Kaukus Perempuan Indonesia (KPI), Mama Linda yang janda, juga aktif melakukan sosialisasi biogas domestik dan bio-slurry, serta manfaatnya kepada anggota KPI lainnya dan masyarakat sekitar. Sebagai bagian dari promosi dan sosialisasi, Mama Linda juga sering memberikan bio-slurry secara gratis kepada tetangganya dan masyarakat. Para anggota dari kelompok petani di Kecamatan Mauliru dan Lambanapu juga telah merasakan manfaat bio-slurry yang dibeli dari Mama Linda. Mereka bahkan telah menjualnya ke wilayah Sumba Timur untuk keluarga dan kerabat mereka.
Dalam mengolah bio-slurry, Mama Linda dibantu oleh saudaranya di rumah, Yohanes B. Dedi, dan rata-rata pendapatan yang diperoleh dari penjualan bio-slurry adalah Rp. 500.000,- per bulan. Bio-slurry cair dikemas di dalam jerikan ukuran 5 liter dan diberi harga Rp. 50.000,- per jeriken. Selain mengolah bio-slurry, kegiatan rutin lainnya adalah menanam tanaman seledri pada polybag yang setiap minggu dipanen dan dijual ke pasar dengan harga Rp. 50.000,- sampai Rp. 60.000,-. Untuk penjualan tanaman seledri ini, per bulan ia bisa mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 360.000,-.
Saat ini Mama Linda juga memulai untuk budidaya ikan nila di dalam sebuah kolam ukuran 3 x 2 m2. Ia juga membuat satu kolam lainnya seluas 7,5 x 2,5 m2 untuk budidaya lemna (duckweed) sebagai pakan ikan dan babi peliharaannya. Bio-slurry akan membantu pertumbuhan lemna menjadi lebih subur sebagai pupuk kolam.
“Saya berharap semoga masyarakat umum dapat menyadari akan pentingnya pupuk organik bio-slurry. Karena bahan organik sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman. Semoga pupuk bio-slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik permanen dalam kegiatan pertanian khususnya bagi petani di Sumba, sehingga taraf hidup masyarakat atau para petani di Sumba semakin baik,” ujar Mama Linda mengungkapkan harapannya. (KR)