Biogas dan Lemna di Garut, Jawa Barat
Kami menepikan kendaraan di Desa Mekarjaya, tepatnya di tepi lapangan yang dipenuhi oleh remaja yang sedang bermain sepak bola di bawah hujan gerimis. Kami lalu berjalan di antara mereka menuju ke sebuah gang dan jalan setapak yang berkelok-kelok, hingga akhirnya kami tiba di area yang penuh dengan kolam-kolam berwarna hijau cerah. Kami memperhatikan dengan seksama kolam-kolam berukuran besar tersebut, yang tampak rapi dan berbentuk persegi, tertutup oleh lapisan daun kecil-kecil yang halus. Ini adalah kolam lemna (duckweed) yang telah sering saya dengar namanya dan inilah alasan saya berkunjung ke desa ini.
Lemna adalah tanaman air berukuran kecil yang tumbuh di permukaan air dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Kolam di desa ini biasanya berukuran 5 x 7 m2, dan setiap dua hari sekali sebuah kolam lemna akan menghasilkan 10 kg berat basah. Dengan kandungan protein yang sangat tinggi untuk sebuah tanaman, lemna di desa ini telah diuji dan ditemukan kandungan proteinnya mencapai 26,6%. Itulah mengapa proyek Biogas Rumah (BIRU) tertarik pada tanaman ini.
Meskipun fokus utama BIRU adalah biogas, lemna juga mulai disertakan ke dalam aktivitas di lapangan. Tujuan utama BIRU adalah untuk mendukung masyarakat dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi lingkungan dan sosial. Karena kebanyakan pengguna BIRU adalah para peternak sapi perah, lemna hadir sebagai suplemen makanan untuk ternak sapi dengan biaya rendah, mudah dibudidayakan dan berkelanjutan. Tanaman ini dapat meningkatkan asupan protein terutama untuk kesehatan dan produktivitas ternak sapi, dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kehidupan para petani.
Setelah tiba di area kolam-kolam tersebut, kami diantar ke sebuah rumah dimana kami ditawarkan banyak buah-buah dan camilan dari singkong yang jumlahnya terlalu banyak untuk kami habiskan. Rumah tersebut adalah milik Pak Itan, beliau adalah orang pertama di desa tersebut yang mulai mengembangkan lemna. Ia membangun kolam-kolamnya sekitar empat bulan yang lalu dengan bantuan dari proyek BIRU dan mulai memberikan pakan lemna untuk ternaknya, dengan harapan agar kandungan protein yang tinggi dari tanaman tersebut akan memberikan manfaat bagi sapi-sapi perah miliknya. Sejak saat itu, ia memperhatikan sapi-sapi perahnya tumbuh lebih sehat dan seekor sapi yang sedang hamil dapat memproduksi 2 hingga 5 liter susu tambahan setiap harinya. Selain itu, kualitas susu juga menjadi lebih baik.
Sejak beliau menggunakan lemna, minat pada tanaman tersebut menjadi lebih meningkat. Tetangga-tetangganya yang juga peternak mulai mengikuti langkahnya, dan saat ini telah terdapat sekitar 80 kolam lemna di desanya dan desa tetangga. Koperasi peternak susu setempat juga menaruh perhatian. Sebelumnya, salah satu cara untuk membantu para anggotanya adalah memfasilitasi pembelian campuran susu kedelai untuk sapi-sapi, tetapi saat ini mencoba untuk menawarkan lemna sebagai alternatif. Setelah mendengar tentang kegiatan Pak Itan, ketua koperasi berkunjung ke ladang pertanian milik Pak Itan dan sekarang juga ikut menanam lemna. Keterlibatan koperasi ini adalah kabar baik untuk masa depan lemna di kawasan Garut, karena telah memiliki jejaring petani dan pengaruh yang luas.
Pemupukan adalah salah satu bagian dari proses budidaya tanaman lemna. Hal ini dilakukan agar tanaman lemna memberikan manfaat semaksimal mungkin untuk ternak sapi. Agar tanaman itu dapat bermanfaat semaksimal mungkin, maka tanaman lemna harus tumbuh dengan sehat. Untuk dapat tumbuh subur dengan kandungan zat gizi dan protein yang tinggi, maka air dimana tanaman lemna tumbuh harus memiliki pH yang sesuai dan nutrisi di dalamnya. Cukup dengan menambahkan bio-slurry (ampas biogas) ke dalam kolam, maka semua nutrisi yang dibutuhkan akan tersedia, dengan manfaat tambahan bagi para pengguna biogas yaitu mereka tidak memerlukan pengeluaran atau biaya ekstra.
Tidak hanya para tetangga yang mulai membudidayakan tanaman lemna, tetapi mereka juga telah mulai menerima pesanan lemna kering. Dosen-dosen dari Universitas Garut yang telah menguji kandungan protein pada lemna tampak sangat terkesan dan mereka memesan 20 kg produk lemna tersebut. Para petani mulai mengeringkan kelebihan tanaman lemna yang dipanen untuk memenuhi pesanan. Perkembangannya masih lambat karena budidaya tanaman lemna pada tahap ini masih berskala kecil, dan mereka baru menggunakan lemna selama empat bulan terakhir. Namun, minat dan pesanan sudah mulai berdatangan dalam waktu singkat, yang mana hal ini sangat menjanjikan dan menunjukkan bahwa lemna memiliki potensi untuk menjadi sebuah usaha bisnis. (Myora Kane)