Tak Lelah Mensosialisasikan Manfaat Biogas untuk Kesejahteraan Bersama
Pengguna Biogas Rumah (BIRU), Bapak Sala, tinggal di Dusun Garege, Desa Kassi, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Awal mula Bapak Sala mengenal biogas dan akhirnya terdorong ingin memilikinya yaitu pada saat beliau menjadi peserta pelatihan tukang ahli biogas yang dilaksanakan di desa tempat tinggalnya.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan dan Hivos pada tahun 2016. Saat itu narasumber dan tenaga teknis dari pelatihan tersebut adalah Bapak Jufri, asisten pelatih dari Kabupaten Bantaeng. Pada masa pelatihan, Bapak Jufri juga menyampaikan berbagai manfaat aplikasi biogas kepada peserta pelatihan. Dari informasi-informasi tersebut, Bapak Sala tertarik untuk menjadi pengguna biogas.
Pada saat tahap pembangunan biogas, terdapat seorang pengguna yang mengundurkan diri dikarenakan lahannya terlalu sempit untuk instalasi biogas. Dengan sigap, Bapak Sala mengajukan diri kepada ketua kelompok tani untuk menggantikannya.
Setelah biogas berhasil dibangun dan digunakan, serta menghasilkan bio-slurry (ampas biogas), Bapak Sala mulai aktif menggunakan bio-slurry sebagai pupuk organik untuk lahan pertaniannya. Beliau menjadi pelopor dalam memanfaatkan bio-slurry di desanya.
Beliau mengaplikasikan bio-slurry pada tanaman bawang merah dan cabai keriting di lahan seluas 20 are. Penggunaan bio-slurry untuk luasan lahan tersebut sekitar 18 karung, per karung berisi 50 kilogram bio-slurry padat.
Cara beliau menggunakan bioslurry adalah tanaman bawang merah ditanam pada sela tanaman cabai keriting, setelah itu dipupuk dengan bio-slurry padat. Kemudian disemprot dengan bio-slurry cair setelah 15 hari penanaman pertama.
Bibit tanaman bawang merah sebanyak 12 kilogram dapat menghasilkan 140 kilogram untuk sekali panen. Sedangkan untuk cabai keriting, beliau menanam 210 pohon yang setiap pohonnya dapat menghasilkan 5 sampai 6 kilogram buah cabai.
Setelah menggunakan bio-slurry, pada tanaman bawang merah yang berumur 28 hari pertumbuhannya tampak lebih bagus dibandingkan tanaman bawang merah pada lahan petani lainnya. Pada tanaman cabai keriting di usia 50 hari tampak telah mulai keluar buah cabai.
Keberhasilan Bapak Sala menggunakan bio-slurry akhirnya menjadi buah bibir di desanya,bahkan sampai ke desa tetangganya, yaitu Desa Loka, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto. Salah seorang kerabat beliau memintanya untuk mengajarkan cara menggunakan bio-slurry. Sampai pada akhirnya kelompok yang telah belajar dari beliau mengajukan proposal ke Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan untuk mendapatkan alokasi bantuan biogas untuk wilayah Kabupaten Jeneponto.
Kegiatan sampingan Bapak Sala selain menekuni kegiatan bertaninya adalah beliau juga masih aktif membangun reaktor biogas. Tahun 2016 beliau membangun 14 unit reaktor biogas di Kabupaten Pinrang dan 10 unit reaktor biogas di Kabupaten Jeneponto. Tahun 2017 beliau membangun 34 unit reaktor bigas di beberapa desa dan kecamatan di Kabupaten Pinrang dan 5 unit reaktor biogas di Kabupaten Jeneponto. Bapak Sala bersama timnya hingga saat ini sangat solid untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan manfaat BIRU kepada calon pengguna yang akan membangun reaktor biogas. (Rosmiati Lantara)