Pemanfaatan Potensi Desa dalam Menciptakan Bisnis Lokal Berbasis Biogas
Beternak sapi menjadi pilihan bagi Bapak Amir Badawi setelah kembali menetap di kampung halaman isterinya. Sebagaimana banyak orang Bugis Makassar lainnya, sejak usia muda dia telah merantau ke berbagai provinsi di Indonesia, bahkan sampai ke Malaysia. Bekal pengalaman di negeri rantau beliau bawa pulang dengan mendirikan Kelompok Tani Waji Ternak. Pada tahun 2011 kelompok ini menjuarai kontes ternak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, sehingga menjadi tempat belajar bagi peternak dari daerah lain.
Meskipun telah berhasil dari segi budidaya ternak, satu hal yang masih mengganjal bagi Bapak Amir Badawi adalah banyaknya limbah kotoran sapi yang dihasilkan setiap harinya. Kotoran ternak sapi ini pada akhirnya mengganggu karena mengeluarkan bau dan mendatangkan lalat yang berkeliaran di sekitarnya.
Beliau mengetahui bahwa limbah kotoran sapi tersebut dapat dimanfaatkan dan diolah dengan teknologi biogas sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan, dan pemanfaatan ampas biogas (bio-slurry) sebagai pupuk organik. Akan tetapi, dengan banyaknya informasi tentang instalasi biogas yang tidak berfungsi dan tidak tahan lama menimbulkan keraguan beliau untuk berinvestasi membangun reaktor biogas pada awalnya.
Pada tahun 2012, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, mempertemukan Bapak Amir Badawi dengan mitra pembangun Biogas Rumah (BIRU) dan Kepala Cabang Bank Mandiri Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Pertemuan tersebut menghasilkan komitmen untuk membangun instalasi biogas beserta unit instalasi pengolahan dan penampungan Pupuk Organik Cair (POC) dan kompos melalui pendanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri.
Jaminan garansi bangunan dari Program BIRU berhasil menghapus keraguan beliau tentang reaktor biogas yang tidak berfungsi. Di samping itu, Program BIRU juga memberikan pelatihan pembangunan biogas untuk menghasilkan tukang tingkat lokal.
Pelatihan ini berhasil membantu menurunkan biaya pembangunan biogas sehingga 6 orang anggota Kelompok Tani Waji Ternak dapat membangun biogas secara swadaya.
Pada tahun 2013, Kelompok Tani Waji Ternak meraih juara ketiga kelompok ternak sapi potong tingkat nasional setelah menjadi kelompok ternak terbaik tingkat provinsi satu tahun sebelumnya.
Langkah Bapak Amir Badawi tidak hanya berhenti hingga menghasilkan keuntungan dari agribisnis sapi potong, tetapi berkembang pula ke usaha pupuk organik cair dan kompos.
Satu ekor sapi dapat menghasilkan 13 liter POC dan 3 kilogram pupuk kompos (tanpa tambahan bahan organik lain) melalui proses fermentasi biogas. Pengisian biogas dengan perbandingan 1 : 1 antara air atau urine sapi dengan kotoran sapi menghasilkan produksi POC dan kompos dalam jumlah besar setiap hari.
Hal ini berpotensi besar menambah pendapatan peternak apabila dikelola dengan baik mengingat harga pasar POC minimal Rp. 40.000,- per liter, sedangkan kompos sekitar Rp. 1.500,- per kilogram. Potensi yang besar ini mendorong beliau untuk berinvestasi lebih lanjut dengan mengurus ijin komersial setelah melalui pengujian lapangan, ijin tersebut berhasil diperoleh pada tahun 2016.
Hingga kini pupuk POC produksi Kelompok Tani Waji Ternak telah dipasarkan ke berbagai daerah di Sulawesi, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat hingga Sulawesi Tengah. Pupuk tersebut juga telah diaplikasikan ke berbagai jenis tanaman seperti padi, cokelat, hortikultura, jagung, dan lain lain.
Bapak Amir Badawi telah menjadi contoh bahwa Program BIRU bukan hanya telah mendorong pemanfaatan energi terbarukan di tingkat rumah tangga, tetapi juga mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha lokal berbasis biogas. Hal ini tidak hanya berkontribusi menambah lapangan pekerjaan, tetapi juga ikut mengurangi migrasi penduduk. Jika banyak potensi lokal yang dapat dikembangkan, mengapa mesti mengadu nasib di negeri orang. (Aqdar)