Dari Pemandu Arung Jeram Menjadi Petani
Seperti di banyak negara, pandemi COVID-19 telah berdampak parah pada sektor pariwisata termasuk di pulau Lombok, Indonesia. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tingkat lokal, nasional dan global sebagai tanggapan terhadap pandemi telah secara signifikan mengurangi jumlah wisatawan ke pulau tersebut. Untuk pemandu arung jeram, Angga Pratama, 28 tahun, hal ini sangat mengejutkan. Dia sebelumnya dapat memandu rata-rata 12 turis sehari, memberinya penghasilan harian yang stabil. Sayangnya, situasi pandemi tersebut memaksa usaha rekreasi arung jeram sepi pengunjung sehingga menyebabkan Angga dan rekan-rekannya kehilangan penghasilan.
Mengubah karir
Angga harus menemukan cara baru untuk mendapatkan penghasilan. Memanfaatkan lahan Lombok Rafting yang ada, tempatnya bekerja, Angga dan rekan-rekannya memutuskan untuk bercocok tanam, sayur mayur, dan beternak ikan. Secara kebetulan, program Biogas Rumah (BIRU) baru saja memperkenalkan BioMiru (Biogas Mini Rumahan) di Lombok dan memilih Lombok Rafting sebagai lokasi pertama untuk proyek tersebut. Pemiliknya telah membangun BioMiRu saat dia mencari solusi untuk masalah limbah organik yang mengkhawatirkan yang dihasilkan dari dapur bisnis dan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk LPG. BioMiru telah menjadi solusi praktis untuk masalah ini karena mengubah limbah dapur menjadi sumber daya yang berharga untuk memasak.
Bio-slurry
Sistem biogas baru telah berguna bagi Angga karena digester biogas menghasilkan, di samping gas untuk memasak, bio-slurry kaya nutrisi yang dapat disiram menjadi pupuk untuk kebun atau pertanian. Angga dan rekan-rekannya menggunakan bio-slurry secara gratis dan selain itu mendapatkan pelatihan dari program BIRU untuk meningkatkan penggunaan dan pengolahan bio-slurry. Angga kini menerapkan bio-slurry untuk menanam tanaman dan sayuran hortikultura, seperti cabai, tomat, kacang panjang, bok choy, seledri dan beras merah, untuk tujuan penjualan. Dalam beberapa bulan kerja kerasnya membuahkan hasil. Pupuk organik telah meningkatkan kualitas tanah dan produksi pertanian dan Angga sekarang memperoleh pendapatan rata-rata Rp100.000,- hingga Rp200.000,- setiap hari dari bertani. Jumlah yang sama dia buat sebagai pemandu arung jeram.
Angga menuturkan, begitu keadaan kembali normal dan ia bersama rekan-rekannya bisa kembali menjadi pemandu arung jeram, mereka akan melanjutkan praktik bertani organik menggunakan bio-slurry untuk mendapat penghasilan tambahan.