Kemitraan dengan Koperasi dan Lembaga Penyedia Kredit untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Yayasan Rumah Energi (YRE) telah bekerja sama dengan koperasi dan Lembaga penyedia akses kredit untuk menjalankan visi dan misinya. YRE aktif dalam memberikan akses energi terbarukan dan ketahanan pangan dalam bentuk biodigester sebagai sumber energi lokal yang berkelanjutan melalui pengembangan sektor biogas yang berorientasi pasar di beberapa provinsi di Indonesia melalui program Biogas Rumah (BIRU). Hingga saat ini, Program BIRU telah mendukung lebih dari 27.893 petani dalam memperoleh akses ke teknologi biogas domestik di 14 provinsi dan menyediakan berbagai skema pembiayaan di 5 provinsi.
Dalam menjalankan program BIRU dari tahun 2012 hingga saat ini, YRE telah berhasil membangun kelompok-kelompok mitra kerja yang bertugas sebagai tenaga ahli, pemetaan potensi pengguna, peningkatan kapasitas CPO (Construction Partner Organization), memfasilitasi kredit, dan tim untuk memonitor kualitas biogas. Koperasi dan lembaga penyedia kredit lokal telah menjadi agen perubahan skala mikro yang membantu jalannya visi dan misi YRE.
Akses kredit akan memungkinkan penerima manfaat (pengguna biogas), serta entitas bisnis sektor biogas untuk mengakses pinjaman biogas, baik dalam konsep Bisnis ke Bisnis (B ke B) dan Bisnis ke Konsumen (B ke C). YRE dan Hivos telah menjalin kemitraan strategis dengan Lembaga Pembiayaan, seperti Rabo Bank Foundation, Koperasi Simpan Pinjam, KIVA, Inkopdit (Induk Koperasi Kredit) dan LPDB dalam 11 tahun terakhir. Sebanyak 9,289 rumah tangga atau 40% dari total konstruksi digester telah memperoleh akses ke skema kredit biogas di 5 (lima) provinsi.
Sejak tahun 2009 program BIRU telah bermitra dengan lebih dari 35 koperasi yang membantu penyediaan kredit pembangunan instalasi biogas. Salah satu contoh kerja sama yang dilakukan adalah dengan Nestle Indonesia, dimana sejak tahun 2010 melalui program Corporate Share Value (CSV) mendukung akses teknologi biogas domestik dengan kredit tanpa bunga yang disalurkan ke anggota koperasi. Nestle Indonesia membina 30.000 petani melalui mitra koperasi mereka. Sampai dengan April 2021 sebanyak lebih dari 8.000 anggota peternak sapi perah telah memiliki instalasi biogas yang dibayarkan melalui setoran susu dengan rata-rata selama 36 bulan pembayaran. Hingga saat ini total pinjaman yang telah disalurkan dari 8.000 peternak sebesar Rp. 36.000.000.000. Selain itu, dari kemitraan ini menghasilkan beberapa Koperasi Susu bertindak sebagai Mitra Konstruksi Program BIRU. Upaya ini bertujuan untuk memastikan kualitas bio-digester serta mendapatkan manfaat tambahan bagi koperasi tersebut.
Melanjutkan kerjasama tahun sebelumnya, Hivos melalui Program BIRU mengadakan kemitraan pembiayaan kredit biogas melalui mitra Rabo Bank Foundation (RBF) di Indonesia. Untuk menyalurkan pinjaman RBF untuk pembangunan instalasi biogas, YRE melakukan kemitraan dengan mitra RBF dari koperasi susu/produktif atau koperasi berbasis syariah di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Adapun model pembiayaanya adalah RBF memberikan pinjaman kepada koperasi atau CU, sehingga koperasi tersebut memberikan layanan kredit pada anggota untuk pembangunan instalasi biogas dengan pengembalian saat panen atau bulanan. Untuk pembiayaan tidak hanya spesifik pembangunan biogas akan tetapi juga bisa di gunakan pengadaan ternak (sapi) sebagai pendukung biogas.
Untuk dapat menjangkau lebih banyak penerima manfaat dengan kredit lunak, pada tahun 2020 YRE memulai penjajakan dengan Lembaga Pendanaan Dana Bergulir (LPDB). Dan di awal tahun 2021 sebanyak 3 koperasi mitra YRE telah terdaftar sebagai koperasi yang mengajukan pendanaan kredit biogas dari LPDB. Skema yang di berikan tidak jauh berbeda dengan RBF sehingga dana pinjaman diberikan ke koperasi dan koperasi memberikan pembiayaan biogas bagi anggotanya.
Mulai dari tahun 2015 hingga tahun ini YRE telah bekerja sama dengan Jaringan Gerakan Serikat Kredit Indonesia (GKKI). Kemitraan dimulai dengan Memorandum of Understanding (MoU) antara YRE dan INKOPDIT untuk mendukung 1.500 anggota Credit Union (CU) untuk membangun instalasi biogas dan menciptakan bisnis terkait bio-slurry dengan anggota CU di area kerja Program BIRU. INKOPDIT melalui PUSKOPDIT (Kantor Koordinasi Provinsi CU) dan Serikat Kredit Primer berkomitmen untuk mencari petani potensial di antara anggotanya yang ingin membangun instalasi biogas. Saat ini sudah terbangun 14 unit biogas melalui CU yaitu CU Damita di Yogya, CU Sauan Sibarung di Toraja, CU Anak Mandiri Ponorogo dan CU Bintang Utama di Pulau Muna. CU tersebut selain membangun biogas juga telah melakukan pelatihan kepada para tukang untuk pengembangan pasar biogas sehingga lembaga sudah memiliki tukang ahli yang sesuai dengan standar Program BIRU.
Salah satu Puskopdit di area DIY saat ini bekerja sama dengan RBF untuk semakin memasifkan gerakan pembangunan biogas bagi anggotanya dan direncanakan dalam 3 tahun ini bisa membangun kurang lebih 100 unit biogas, sehingga diharapkan bisa dijadikan model bagi CU lain untuk pengembangan biogas di lembaganya.
Selama akhir 2020, YRE mencatat adanya penurunan pada jumlah permintaan bio-digester melalui akses kredit. Telah ditemukan ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pembayaran pinjaman biogas dengan jaringan kolaborasi dengan Nestle, INKOPDIT, Koperasi dan CU, yaitu masalah manajemen dan perilaku menabung yang rendah. Terlebih dengan situasi pandemi yang memberikan dampak cukup signifikan terkait permintaan biogas bagi anggotanya. Selain itu, Koperasi juga memiliki prioritas untuk menjaga likuiditas dan anggota lebih memilih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok. Hal teknis juga berpengaruh karena adanya pembatasan di lapangan karena kondisi Covid-19 yang cukup tinggi di beberapa area.
Secara khusus, kurangnya keterampilan melek finansial / perilaku menabung yang rendah dan beban kredit yang berlebihan di kalangan petani adalah beberapa tantangan utama yang harus diatasi untuk mempertahankan permintaan pasar biogas. Ini akan dihubungkan dengan manajemen dan perilaku Rumah Tangga Petani dalam kegiatan sehari-hari. YRE telah berupaya memfokuskan pada faktor-faktor pendidikan dan promosi untuk meningkatkan keterampilan manajerial, kebiasaan menabung dan melek finansial para petani. Misalnya, dengan memberikan peningkatan kapasitas melalui Training on Trainers (TOT) Financial Action Learning System (FALS) bagi lembaga Koperasi dan CU, yang nantinya akan diteruskan di tingkat lembaga dan anggota untuk melakukan pelatihan, pendampingan bagi calon dan anggota pengguna biogas terkait pengelolaan keuangan bagi calon dan anggota pengguna biogas untuk mengurangi risiko Non-Performing Loans (NPL). Hal ini terbukti dengan salah satu Koperasi di Jawa Tengah dengan anggota yang medapatkan pendidikan keuangan maka ia cukup tertib dalam mengangsur kredit biogas, bahkan sebelum tanggal jatuh tempo sudah menyetorkan angsuran.
Pengalaman YRE membuktikan bahwa akses pembiayaan mikro harus menjadi tulang punggung sektor Energi Terbarukan, khususnya, pengembangan pasar biogas di Indonesia. Lebih banyak peluang untuk mengakses pembiayaan kredit akan meningkatkan permintaan dan kapasitas pasokan. Dalam kaitannya dengan target SDG, pengembangan besar-besaran pasar biogas akan mendukung pencapaian SDG-1, 2, 5, 6, 7, 10, 12, 13.