Desa Berdaya dan Mandiri, Sejahtera dengan Biogas
Peresmian demo plot biogas dalam kerangka Program Pengembangan Kawasan Ekonomi Produktif melalui Konservasi Energi dan Pertanian Berkelanjutan berlangsung pada tanggal 17 Juli 2019 di Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Program ini diselenggarakan atas kerja sama Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori) dan Yayasan Rumah Energi (YRE) yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Banggai.
Target wilayah program secara khusus dilaksanakan di Desa Sumber Harjo dan Desa Slamet Harjo. Acara peresmian dihadiri oleh berbagai kalangan, antara lain dinas-dinas terkait di tingkat kabupaten, pemerintah desa, PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), kelompok-kelompok tani, dan masyarakat umum.
“Kami sangat mendukung program ini di tingkat masyarakat, karena membawa harapan besar mengenai pengembangan kegiatan pertanian dan pengelolaan pupuk organik terutama yang dihasilkan dari biogas,” tutur Fahmi Arifudin Rizal, SSTP selaku Camat Moilong dalam sambutannya pada pembukaan acara peresmian.
Senada dengan pernyataan ini, Hasanudin Idris, Staff Ahli Bidang Pelayanan Publik dan Rekayasa Sosial dari Pemerintah Kabupaten Banggai, dalam sambutannya juga menyampaikan bahwa pemerintah mendukung program pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi biogas yang ke depan diharapkan dapat berkelanjutan.
Setelah pembukaan acara peresmian, para undangan dan peserta kegiatan berkesempatan melakukan kunjungan ke lokasi demo plot biogas di dua desa target program. Tidak hanya keberadaan instalasi biogas saja yang bisa dilihat secara langsung penerapannya dalam menghasilkan energi alternatif, namun juga demo plot-demo plot penunjang lainnya yang terintegrasi di rumah pengguna biogas. Seperti misalnya, demo plot rumah pupuk berbasis bio-slurry, rumah cacing, dan kolam budidaya ikan air tawar. Semua demo plot penunjang ini dibangun bertujuan untuk memperkenalkan pengembangan bisnis berbasis bio-slurry (ampas biogas).
Iwan Sutrisno, Field Senior Manager JOB Tomori mengatakan, “Program ini hadir dilatarbelakangi dengan potensi wilayah pertanian di dua desa. Selain itu, dengan adanya program ini dapat membantu mengatasi pengelolaan hewan ternak sapi yang seringkali tidak dikandangkan dan menjadi persoalan karena mengganggu lahan-lahan pertanian serta belum termanfaatkannya limbah kotoran hewan.”
Pada tataran kebijakan, program ini hadir untuk mendukung peraturan daerah mengenai pengendalian ternak sapi terutama terkait penanganan dan penempatan ternak agar terkelola dengan baik oleh masyarakat dan menjadi upaya strategis dalam menginisasi program yang produktif. Berdasarkan hal-hal tersebut, program ini difokuskan pada pengelolaan potensi limbah organik (dalam hal ini kotoran ternak sapi) melalui teknologi biogas, pengembangan pupuk organik, dan turunan produk pertanian lainnya berbasis bio-slurry (ampas biogas).
Dua puluh unit reaktor biogas skala rumah tangga berukuran 4 m3 hadir sebagai prasarana fisik di dua desa. Sejak biogas mulai digunakan oleh para penerima manfaat, rumah tangga pengguna biogas kini secara optimal memanfaatkan energi yang dihasilkan dari biogas serta mengolah bio-slurry. Energi dari biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar memasak selama 3-4 jam per harinya serta menghasilkan energi penerangan melalui penggunaan lampu biogas.
Di sisi lainnya, bio-slurry kini juga telah dimanfaatkan terutama sebagai pupuk organik yang diaplikasikan ke pekarangan maupun lahan sawah. Setiap harinya reaktor biogas dapat menghasilkan bio-slurry sebanyak 30 liter. Bio-slurry juga dapat diolah untuk menjadi pupuk padat yang kaya akan bahan organik, bernutrisi lengkap, dan mengandung mikroba probiotik, serta sangat bermanfaat sebagai pembenah lahan (soil conditioner) karena mengandung 1020% asam humat. Keunggulan bio-slurry ini diharapkan dapat membantu para penerima manfaat maupun para petani lainnya dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
Pemanfaatan bio-slurry juga didorong melalui budidaya ikan air tawar dan budidaya cacing. Bio-slurry diolah menjadi pakan ikan dan pakan cacing yang akan menciptakan potensi atau peluang ekonomi alternatif selain hasil tani untuk meningkatkan taraf ekonomi rumah tangga. Berkaitan dengan budidaya cacing, keuntungan lain yang dapat diperoleh adalah media bekas budidaya cacing yang memiliki nilai ekonomis sebagai pupuk vermikompos atau kascing.
“Aplikasi teknologi biogas diharapkan dapat menjadi upaya komprehensif dalam mengembangkan kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Upaya-upaya dilakukan dengan merangkul dukungan dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjadikan dua desa sebagai kawasan ekonomi produktif. Selain itu, lapangan kerja juga akan tercipta untuk pengembangan sektor biogas secara lokal terutama tenaga pembangun instalasi biogas yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya,” ujar Rebekka S. Angelyn, Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi.
Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, program ini ke depannya tetap akan berupaya menuju tujuan dalam mencapai keberlanjutan. Secara khusus diwujudkan dengan menjadikan dua desa sebagai sentra produk pertanian organik dan ditunjang dengan keberadaan Biogas Learning Center atau pusat belajar pertanian organik terintegrasi berbasis biogas yang secara mandiri dikelola oleh warga desa.